PROFIL ELVIS SIAHAYA
“Inilah Saat kita” begitulah kalimat yang diungkapkan oleh Elvis Siahaya yang mengandung banyak arti. Ia menambahkan bahwa sekarang saatnya bagi kita generasi muda yang ada untuk berkarya bagi pembangunan gedung gereja Hulaliu. Bayangkan banyak orang tua-tua kita yang memiliki kemampuan membangun dan ketrampilan pertukangan yang handal namun mereka tidak dapat kesempatan untuk dapat membangun sebuah gedung gereja yang baru. Hal ini jelas karena panitia pembangunan gedung gereja pernah dibentuk dan terbentur dengan banyak hambatan sehingga lambat laun tidak berjalan lagi. Panitia pembangunan ini merupakan panitia ketiga dan mampu untuk membangun gedung gereja yang baru. Menurut Cucu dari Elsama Siahaya (tete Ama) ini jika proses pembongkaran gedung gereja ditunda-tunda maka kemungkinan Panitia kali ini akan menuai cerita yang sama dengan panitia-panitia sebelumnya.
Lelaki kelahiran Hulaliu 5 September 1978 ini juga merupakan anggota panitia termuda seksi teknis ini menyatakan siap dan bersedia dengan sungguh-sungguh untuk ada dalam proses pembangunan gedung gereja Betlehem yang baru, karena menurutnya ia akan merasa bangga jika turut ada dalam proses pembangunan ini. Kesehariannya bergumul bersama panitia yang jauh lebih tua dibandingnya tidak membuat ia merasa berkecil hati tetapi sebaliknya merasa bangga bisa bertukar pengalaman dengan para tukang diantara bapak Emang Latuihamallo, Bpk Nunu Siahaya, Bpk Ales Noya, Bpk Ais Nanulaita.
Karena tergabung dalam panitia sehingga Anak dari Bpk Jopi Siahaya ini menceritakan bahwa walaupun tiap orang masuk kerja menurut waktu kerja sektornya namun ia harus terus hadir. Elvis juga menyatakan bahwa kerja bagi rumah Tuhan ini tidak boleh dengan bersungut atau pancuri tulang, karena sapa biking bai dia dapa bai
LAOR / Eunice Viridis / Cacing Wawo
Sabtu, 14 Maret 2009
Laor memenuhi pantai Hulaliu. Ilmu Biologi menjelaskan Laor merupakan binatang triploblastik selomata Hidup di air laut, tubuhnya bersegmen. Setiap segmen dibatasi oleh sekat (septum). Sudah memiliki sistem syaraf, pencernaan, ekskresi, reproduksi dan sistem pembuluh.
Masyarakat Hulaliu secara tradisional menangkap atau menjaring Laor pada bulan Maret atau April tepatnya pada “bulan gelap tiga” (3 hari setelah bulan purnama).Masyarakat biasa menyebutnya dengan “Timba Laor” Alat yang digunakan untuk menimba laor adalah sebuah jarring atau kain kasa yang halus, masyarakat Hulaliu menyebutnya dengan kareng-kareng. Waktu timba Laor berlangsung setelah terbenamnya matahari hingga terbitnya bulan. Proses timba laor yang berlangsung saat malam ini mengharuskan untuk membawa lampu guna penerangan, selain berfungsi sebagai penerangan, cahaya lampu dapat membuat laor makin bermunculan dan makin banyak hasil yang didapatkan. Laor yang ditimba mulai dari tepian pantai dan berangsur-angsur ke tengah laut. hingga bulan naik pertanda laor makin berkurang.
Laor yang ditangkap ditempatkan didalam ember dan dibawa pulang untuk keluarga. Selain utnuk santapan keluarga laor juga dijual bagi mereka yang tidak sempat menimba laor atau karena kesalahan menghitung waktu tepatnya untuk menimba laor.
Laor yang kaya akan protein ini diolah menjadi “laor garam, digoreng atau juga dengan sedikit tambahan kacang”. Laor juga menjadi oleh-oleh yang paling indah buat sanak saudara yang ada di rantau karena keunikannya yang hanya muncul setahun sekali dalam 3 jam.
Menurut Bpk Ely Pasanea Laor membuat banyak sekali hasil laut, karena banyak binatang laut yang memakan laor sebagai santapan terkhususnya gorita, sehingga hari-hari sebelum dan sesudah laor banyak sekali masyarakat yang mendapat gurita.
YANAIN PERLU PERHATIAN
Minggu 15 Maret 2009
Yanain… tempat ikan bermain. Itulah arti dari Yanain secara harafiah. Yanain tidak asing lagi didengar dan dikunjungi apalagi bagi masyarakat Hulaliu. Tanjung yang berada di barat negeri Hulaliu dengan garis pantai 300m serta pasir putih yang halus, tubir laut yang curam menambah keindahan pantai ini. Keberadaannya disebelah barat negeri Hulaliu membuat suasana sore hari sangatlah indah.
Tanjung kebanggaan masyarakat Hulaliu ini kian lama kian merosot karena terjadi abrasi pengikisan air laut sehingga bibir pantai telah berkurang 1-2 dari tahun 2000-2009. Proses alamiah ini tidak dapat di cegah namun masih dapat diperlambat.
Hal ini juga ditegaskan oleh Raja negeri Hulaliu dalam acara makan patita negeri tanggal 2 januari 2008 Raja mengingatkan dan melarang untuk yanain dijadikan lokasi penambangan pasir guna pembangunan dalam negeri Hulaliu, yanain perlu dijaga dan dilestarikan kehijauannya dengan menanam pohon-pohon pelindung.
Dengan maksud menjaga dan melestarikan tanjung kebanggaan masyaraat Hulaliu ini maka pengambilan pasir tidak lagi dilakukan di pantai ini tetapi di pantai Totu Negeri Rohomoni yang berjarak 16 Km dari Negeri Hulaliu.
KECELAKAAN KERJA
Kamis, 12 maret 2008
Hujan deras melanda negeri Hulaliu, namun semangat dan kerja tak berhenti, suasana dilokasi pembangunan masih terlihat ramai oleh berbagai pekerjaan yang dilakukan bukan saja oleh para lelaki tetapi juga oleh kaum perempuan dan ibu hingga pukul 13.00 siang saat itu lokasi pembangunan yang tergenang air di sisa-sisa tehel bangunan gereja lama sehingga menjadi licin. Bpk Epu Siahaya yang juga adalah panitia pembangunan seksi teknis ini sementara berjalan di pinggiran kolam, tergelincir dan jatuh di dalam kolam yang berukuran 2x2m dengan kedalaman 2m. Akibatnya ia mengalami luka robek oleh tepian tehel, yang kemudian dijahit oleh Ibu Vien Siahaya istri dari Bpk Berthy Siahaya kepala Puskesmas Hulaliu,
Selesai dilakukan penutupan luka dan perawatan Menurut Ibu Vein luka dengan 18 jahitan ini perlu waktu istirahat yang cukup mengingat luka tersebut berada di bagian kaki kiri dekat pergelangan kaki bagian dalam sehingga diharuskan untuk mengurangi aktifitas gerak. Dengan demikian maka ayah dari April Siahaya ini harus beristirahat beberapa waktu hingga luka sembuh barulah dapat melakukan aktifitas pembangunan bersama dengan jemaat dan masyarakat yang lain.
Hujan deras melanda negeri Hulaliu, namun semangat dan kerja tak berhenti, suasana dilokasi pembangunan masih terlihat ramai oleh berbagai pekerjaan yang dilakukan bukan saja oleh para lelaki tetapi juga oleh kaum perempuan dan ibu hingga pukul 13.00 siang saat itu lokasi pembangunan yang tergenang air di sisa-sisa tehel bangunan gereja lama sehingga menjadi licin. Bpk Epu Siahaya yang juga adalah panitia pembangunan seksi teknis ini sementara berjalan di pinggiran kolam, tergelincir dan jatuh di dalam kolam yang berukuran 2x2m dengan kedalaman 2m. Akibatnya ia mengalami luka robek oleh tepian tehel, yang kemudian dijahit oleh Ibu Vien Siahaya istri dari Bpk Berthy Siahaya kepala Puskesmas Hulaliu,
Selesai dilakukan penutupan luka dan perawatan Menurut Ibu Vein luka dengan 18 jahitan ini perlu waktu istirahat yang cukup mengingat luka tersebut berada di bagian kaki kiri dekat pergelangan kaki bagian dalam sehingga diharuskan untuk mengurangi aktifitas gerak. Dengan demikian maka ayah dari April Siahaya ini harus beristirahat beberapa waktu hingga luka sembuh barulah dapat melakukan aktifitas pembangunan bersama dengan jemaat dan masyarakat yang lain.
Contact
Ketua Panitia
Bpk J . Sahureka : 081332250036
Seksi Teknis
Bpk Alex Noya : 08524387840
Elvis Siahaya : 081248113407
Bendahara
Bpk Dony Noya : 085243842650
Publikasi
Gusmon Sahureka : 085243272246
Bpk J . Sahureka : 081332250036
Seksi Teknis
Bpk Alex Noya : 08524387840
Elvis Siahaya : 081248113407
Bendahara
Bpk Dony Noya : 085243842650
Publikasi
Gusmon Sahureka : 085243272246
Langganan:
Postingan (Atom)