Sejarah Negeri Hulaliu

HATURESSY; HURANRIU; HULALIU

Beberapa abad setelah perang Alaka yang pertama melawan Portugis yang dipimpin oleh kapitan Halapiri, Portugis tidak berhenti membujuk dan merayu Raja Raja Uli Hatuhaha. Untuk menghentikan bujukan dan rayuan serta menyatakan penolakannya, dalam tahun 1590 diputuskan dalam suatu utusan dengan maksud menemui pihak Portugis guna menyampaikan maksud dan keinginan mereka karena dalam kedudukannya menurut adat Hatuhaha, Raja Hatualasia (Hulaliu) mempunyai fungsi sebagai juru bahasa (juru runding) dalam menangani urusan kemasyarakatan termasuk juga hubungan dengan pihak luar, maka telah diputuskan dalam musyawarah agar Raja Hatualasia yang bernama Pikaihehe Laisina harus diutus. Perlu diketahui pula bahwa dalam kedudukan menurut adat Hatuhaha, Raja Pelauw berfungsi sebagai Raja Hatuhaha (upu Latu Nusa), Raja Rohomoni sebagai Imam (Imam Makakukui) yang menangani urusan keagamaan, Raja Kailolo mengurus masalah ekonomi, Raja Kabauw mengurus keamanan (panglima perang). Karena Raja Hulaliu sebagai juru bahasa (juru runding),itulah sebabnya maka ia diutus untuk menjumpai pihak Portugis guna menyatakan penolakan mereka dan minta dihenikan pengiriman surat rayuan dan utusan ke Hatuhaha. Untuk perundingan itu diberikan tenggang waktu sebulan.

Berhasil atau tidak perundingan itu,bila telah tiba waktu yang ditentukan, Raja Hulaliu harus kembali ke Alaka. Namun apa yang telah dijanjikan telah diselewengkan oleh Raja Hulaliu dengan para pengiringnya.

Rupanya telah terpengaruh dengan bujukan dan rayuan Portugis,sehingga Raja Hulaliu bersedia melepaskan mahkota keIslamannya kemudian dibaptiskan sebagai pengikut agama Katholik bersama para pengiringnya.

Peristiwa ini terjadi dalam tahun 1590. Rupanya pembaptisan itu belum diketahui oleh penduduk Uli Hatuhaha di Alaka, sehingga mereka tetap menunggu sampai waktu yang telah ditentukan.

Ketika telah tiba waktu yang dijanjikan, sedangkan Raja Hulaliu dengan pengiringnya beberapa orang belum juga kembali, maka seorang koerier diutus untuk mencari tahu di mana mereka berada. Berita yang dibawa oleh penyelidik tadi sangatlah mengecewakan para penguasa dan penduduk Uli Hatuhaha karena mereka kembali dengan membawa kabar bahwa Raja Hulaliu Pikaihehe Laisina dengan rombongannya telah dibaptiskan atau masuk agama Kristen.
Karena sebulan yang dijanjikan itu telah lewat sedangkan, Raja yang diutus belum kembali, tercetuslah ucapan keresahan dari rekan rekannya yang menunggu, sehingga terungkaplah suatu kapata yang berbunyi:

"TUA LAISINA E OI NALA HURANE RIU AI EA, TAUSA EIRAI"
artinya:
Kaka Laisina pergi sehingga telah lewat waktu sebulan, belum juga ia kembali.


Dari kapata inilah asal kata Hulaliu, karena orang orang asing (Portugis) sukar mengucapkan logat bahasa daerah atau bahasa tanah, maka HURANE RIU atau HURANRIU menjadi HULALIU.

Untuk saudara Hatualasia Anai, apa yang sudah terjadi di masa silam, kita tidak bisa kembali lagi. Tapi ini sejarah untuk anak cucu kita yang ada di tanah perantauan. Dan buat seluruh basudara Hatuhaha, tetaplah bersatu dalam ikatan kuat Hatuhaha Amarima Lounusa.

“TAHA WA ALE TAHA WA AUW ITE LO’OKA ISYAI LO’OKA NUSA ISYAI NUSA HATUHAHA BARAKATE”

SEJARAH TERBENTUKNYA NEGERI HULALIU

Umumnya penduduk pulau Ambon dan pulau-pulau Lease berasal dari pulau Seram. Demikian pula dengan penduduk Negeri Hulaliu, Kecamatan Pulau Haruku

Menyebarnya penduduk dari pulau Seram menurut penuturan leluhur disebabkan oleh karena suatu kekacauan yang terjadi dipusat kerajaan Nunusaku saat itu, yakni terbunuhnya putrid raja Nunusaku yang bernama Rapie Hai Nuwele sehingga orang mulai berpencar menyelamatkan dirinya masing-masing.

Berpencarnya orang-orang diatas, biasanya dalam kelompok-kelompok dan salah satu kelompok menuju ke selatan tepatnya di desa Seriawan, kemudian menyeberang ke pulau Haruku dan singgah di suatu tempat yang bernama “Nama Ea” ( terletak antara desa Pelauw dan Kailolo sekarang) kelompok besar ini terdiri dari kelompok Hulaliu kelompok Pelauw, kelompok Kailolo, kelompok Rohomoni dan kelompok Kabau. Namun mereka tidak betah disitu, maka berpindahlah merela ke hutan yang bernama “Alaka” dan bergabung disana dan membentuk satu kelompok adat yang bernama “Uli Hatuhaha Amarima Lounusa”, artinya Perkumpulan lima negeri diatas batu.

Pada tahun 1516 bangsa portogis telah menguasai Jasirah Leihitu dan mereka terus melakukan perluasan daerah kekuasaan, salah satu tujuannya asalah pulau Haruku dan usaha ini ditentang oleh kelompok Uli Hatuhaha yang kemudian pecahlah perang Alaka antara bangsa Portugis dengan Kelompok Uli Hatuhaha Amarima Lounusa yang dimenangkan oleh kelompok Portugis sehingga kelompok ini dipaksa untuk turun ke pantai. Namun kelompok Hulaliu tidak langsung ke pantai tetapi menuju ke arah timur dan tiba disuatu gunung yang bernama Supurusu.

Di Supurusu inilah kelompok Hulaliu terbagi menjadi dua, yakni kelompok Soa Pake dan kelompok Nusahuhu. Kelompok Pake terdiri dari marga Patti yaitu marga Laisina, Hatalaibessy dan Tuanakotta sedangkan Soa Taihuttu terdiri dari marga Mataheru dan Pasanea. Sementara kelompok Nusahuhu terdiri dari Soa Noya dengan marga Noya, Sahureka dan Suribory sedangkan Soa Siahaya dengan marga Siahaya, Maruanaya, dan Matulessy.

Di daerah Supurusu ini tidak terdapat air sehingga mereka berniat meneruskan perjalanan ke pantai dan berdiam sementara di tempat yang bernama “Aman Tawari”, kemudian mereka mengutus lima kapitan untuk mencari tempat yang ada airnya. Kelima kapitan ini berkumpul di “Haturua” untuk kemudian berpencar mencari air. Kemudian Kapitan Siahaya tetap menunggu di Haturua sedangkan kapitan Noya, Sahureka, Taihuttu, dan Mataheru berpencar melakukan pencarian daerah yang dapat dihuni.

Dari empat kapitan yang mencari air tersebut masing-masing menemukan air, namun yang sesuai dengan keinginan mereka berlima adalah air yang ditemukan oleh kapitan Taihuttu yang dating dari utara dan berkata dalam bahasa setempat “ Wae Taria” yang artinya Air disana”. Oleh sebab itu hingga saat itu nama air itu adalah Wae Taria.

Selanjutnya dengan sukacita para kapitan itu naik menjumpai kelompoknya yang ada di Aman Tawari dan sambil berteriak dalam bahasa “Lai parutu eke Haturessy Nahaka Rakanyawa” yang artinya dating berkumpul di Haturessy dan Pelabuhannya Rakanyawa. Oleh karena itu negeri Hulaliu sering disebut juga dengan sebutan negeri “HATURESSY” yang artinya “Kelebihan”.

Kemegahan Terakhir