NATAL DENG PAPEDA SABALE

Katanya cinta meramas kasbi
Pancangkan kain di kuda-kuda
Tabaos cinta panggil anak negeri
Lihat mama meramas kasbi
Dengar suara rindu gadis sebelah rumah
Teriakan lapar tangisan dahagA
Dan suara himpitan kerongkongan kering
Bunyi perut berirama tifa pica


Katanya cinta membakar sukma
Lalu mama naikkan syukur siang
Singgahsana Allah memutih bagaikan toya
Panci tumpah ruah gelombang air panas
Sempe diramaikan jari yang me-lomi toya
Aru-aru menentramkan perut tertabu
Sukacita hadir siang malam dirumah tua

“Tuhan berkatilah makanan kami”
doa ini terdengar indah
karena papeda sabale akan datang
Tuhan…… nikmatnya kuah lemon.
Yang teruras bagaikan anggur hermon
Dijilati lidah penikmat bungaran
Pernahkah kau cicipi Tuhan…..?????

“Tuhan inilah makanan kami yang Kau beri
makanan natal orang pinggiran
yang hanya bisa mengolah kasbi
makanan natal anak negeri
yang susah beras secupak
dan cuma ada ikan meti

“ Tuhan………. Trima kasih atas berkatMu”
doa itu begitu syahdu
karena hati hampir menangis
adakah ganti dinatal mendatang..?
akankah meja makan diramaikan tabuhan sendok..?
ataukah jari tetap memercik kuah..?
dari mana sejahtera..?
dari mana kekenyangan..?
DARI PAPEDA SABALE
UNTUK NATAL INI

Karya : Elifas Maspaitella
Gubahan : Gusmon Sahureka


Tomanusa

Berikut ini adalah palamana Upu pattilounussa di tiap acara Tomanusa yang dilangsungkan di baileo.

Au Patti Lounusa Haturessy Rakanyawa
Au wala’a terima kasih karena Im panoe iteka
Man kura in nanahu talane

Au patti Lounusa mamese uet huhui Haturessy
Au koe wael tine, ama haturessy alat in mahai selaku
Awano laha anusano he’e upu lanite kabasa
Ya, epuna awan laha anusano wa’a iteka

Ana marua : ………….. (nama perempuan Hulaliu)
Kura In malona : ……… (nama suaminya, bukan berasal dari Hulaliu)

Kura si ana, a yang isi wa’a eke uria si Nusa si amino…
Sebelum lamatai e kakuru poku-poku..
Nau kita lalan salamat ea… wa’a im rumah tangga

Upu lanito ……. Iya papau ite looka….
Au haliut lae he to eya
-Berdoa
-Serahkan air
Sekian terima kasih..
\

Kronologis Perang Alaka II

Pada tanggal 5 Maret 1637 pecah perang Hatuhaha ke 2 yaitu perang antara kerajaan Hatuhaha dengan bangsa Belanda. Dalam perang ini terjadi 4 kali gelombang penyerangan Belanda ke Hatuhaha yaitu :
1. Penyerangan Gelombang I, pihak Belanda dipimpin oleh Caan dan Deutekon mendarat di Kabau dengan 8 Kora-kora. Pertempuran terjadi hanya disekitar pantai kabau dan berhasil menduduki daerah territorial kabau
2. Penyerangan gelombang II, ke Kailolo dengan mengerahkan 1016 prajurit terbagi daam 3 kelompok yang dipimpin oleh Major Piere Du Cams. Mereka menyusuri gunung-gunung terjal serta batu-batu karang yang terjal serta berhasil menduduki markas I, II, III di kailolo, dalam pertempuran ini banyak rakyat Kailolo yang menjadi korban serta pembakaran terhadap rumah-rumah rakyat dan meruntuhkan tembok-tembok batu. Sesudah menaklukan kailolo pasukan Belanda kembali mengadakan konsolidasi dan beristirahat semalam di kabau.
3. Penyerangan gelombang III oleh Belanda sudah menuju ke pusat kerajaan Hatuhaha. Pada waktu tu kerajaan Hatuhaha di pimpin Oleh seorang kapitan wanita bernama Monita Latulinya yang mempunyai strategi perang bertahan di lereng-lereng bukit. Mereka menggullingkan batu, kayu batangan dan melempari dengan abu dalam tempurung sehingga pihak Belanda jatuh korban sebanyak 5 orang dan 2 diantaranya tidak dikenal lagi karena hantaman batu dan kayu.
4. Penyerangan gelombang IV oleh Belanda dengan mendatangkan pasukan panah Alifuru sebanyaj 286 orang yang dipimpin oleh Kapitan Sahulau, Sumeit dan Sisiulu. Sedangkan kerajaan Hatuhaha mendapat bantuan dari malisi-malisi yang dipimpin oleh Kapitan Rambatu (seram), kapitan Ririasa (Oma) dan Kapitan Tihulale. Kapitan Tihulale mendatangkan 3 pucuk meriam ke Alaka. Nama ketiga pucuk meriam tersebut adalah Talangkares, Hiriosa dan dangerales, pelurunya dibuat dari buah kelapa yang diisi dengan campuran abu dan bubuk cili / cabe. Kerajaan Ama Hatuhaha mendapat bantuan juga dari Tuhaha sebagai tanda solidaritas pela. Pada tahun 1638 Latu Uli Siwa kapitan Aipassa mengirimkan bantuan malisi-malisi yang diambil dari 7 (tujuh) soa yang ada di Tuhaha dan dipimpin oleh Kapitan Sasabone, Pattipeiluhu dan Polatu, kemudian di susul oleh Latu Uli Siwa kapitan Aipassa, semuanya menuju ke Alaka. Awal pertempuran terjadi setelah Pattikasim bertemu dengan Belanda di Pantai Besi, saat hendak menangkap ikan. Mereka memaksa dia untuk menunjukan jalan menuju Alaka, tetapi dia tidak memberitahu. Kemudian belanda memberi sekarung beras padanya, tetapi karung tersebut telah dilubangi tanpa sepengetahuaannya. Melalui tumpahan beras itulah maka Belanda mengetahui jalan menuju ke pusat kerajaan Alaka. Setelah itu pihak belanda menggunakan jalan ini untuk menyerang kerajaan Alaka, maka terjadilah pertempuran sengit yang banyak memakan korban jiwa dari kedua belah pihak. Kerajaan Alaka dibumihanguskan dan harta berupa porselin dan gong serta 16 kepala manusia dibawa oleh pasukan Alifuru. Pasukan Sisiulu semuanya terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dari kerajaan Hatuhaha yang tewas adalah kapitan Rambatu dan beberapa orang yang terlibat dalam peperangan tersebut.

Dari peristiwa tersebut mereka digelar sebagai pahlawan-pahlawan Alaka seperti yang ditulis oleh Dieter Bartels. Peristiwa ini yang menyebabkan semakin kentalnya hubungan Pela antara Tuhaha dan Hatuhaha Amarima, tetapi pada kenyataannya hanya Rohomoni sendiri yang masih menjalaninya.
\

Budayakan Bahasa Daerah

Rutinitas pagi ini sama seperti pagi yg lain dan salah satu bagian dr rutinitas pagi adalah baca email.

Ada satu email yg berkesan buat saya yaitu email dr komunitas pemuda kampung saya IPPHAR (Ikatan Pemuda Pelajar Haturesy Rakanyawa) yang berisi tentang sebuah himbauan positif yang intinya berupa "ajakan" agar kita terus membudayakan bahasa daerah HULALIU (nama kampung saya) mulai dari sapaan yg paling gampang seperti "aha one??" atau apa kabar.

Saya sangat tertantang, tapi hal ini menjadi sulit buat saya karna yg saya tahu dari bahasa Hulaliu cuma aha one?.

Saya bangga dan senang membaca himbauan tersebut, dimasa dimana semua orang mulai berlomba-lomba mempelajari dan menguasai bahasa asing segilintir anak muda masih peduli dengan bahasa daerah dan berusaha untuk melestarikannya dan menularkannya kepada pemuda-pemuda lain.

Hulaliu adalah bagian tak terlepas dari ayah-ibu saya demikian jg saya.
Catatan Belisiama Gracia 'gNo'

Hatuhaha Altua Grade

Dari catatan sejarah terdapat dua kali bantuan malesi hena Muka dan belakang untuk kerajaan Hatuhaha Amarima yang berpusat di Suatu Tempat yang namanya “Alaka” di pulau Haruka. Alaka terdiri dari lima wijk yang terpisah-pisah taitu Rohomoni yang terletak pada Kitakutu Samanimi, Kabau pada Amahutu Hutu, Kailolo Pada Hatuane, Pelau pada Henalatu Matasiri dan Hulaliu pada Hatualese.
Bantuan ini terjadi pada tahun 1571 saat Portugis menyerang Alaka. Malesi-malesi pilihan diambil dari 9 soa yang dipimpin oleh kapitan Aipassa, pattilapa dan soumaha yang dalam pertempuran sengit disekitar daerah territorial kabau, kailola, Rohomoni dan jalan-jalan menuju ke Alaka.
Setelah peperangan selesai diadakan konsolidasi oleh kapitan-kapitan Tuhaha, hasil tersebut menyatakan bahwa malesi-malesi yang mewakili Soa Soapake dan Amahutai dinyatakan tewas seluruhnya dalam pertempuran tersebut. Sampai saat hanya terdapat marga-marga yang gugur dalam pertempuran di maksud antara lain Sipalasi, Tulhandatul, Nustan, Matahelumual, Mataheloya, Makitabessy, Pakalesja, Latuhenawakan, Tomulya, Tehupatawa, Halatua, Nanuasa, Tehuwanan, Peilekenon, kesaulya dan Onasaa, bersama 14 marga lain yang sampai saat ini belum terungkap. Semua malesi-malesi dari Tuhaha dikuburkan pada suatu tempat khusus yang namanya Ama hatuhaha Tuhaha di Alaka. Dengan terjadinya peristiwa itu maka Hatuhaha Amarima mengangkat sumpah dengan Tuhaha sebagai “Orang Basudara” yang kemudian diabadikan sebagai Pela Darah atau Batu Karang.
Sejarah Bantuan perang Tuhaha kepada Hatuhaha Amarima di perkuat oleh Dieter Bartels dalam disertasi Doktornya pada Cornel University-USA, yang menyatakan bahwa antara Tuhaha dan Hatuhaha telah memiliki hubungan terdahulu yaitu Hubungan Akrab dan darah. Kemudian dari catatan Portugis yang dikutip oleh Dieter Bartels menyebutkan bahwa Hatuhaha Altua Grade, artinya Hatuhaha Besar sedangkan Tuhaha disebut Hatuhaha Altua Pigieno yang artinya Hatuhaha Kecil \

Kaos Hulaliu Inside

Kaos Sablon Hasil Karya Pemuda Pelajar Haturessy Rakanyawa.
Desain oleh EdwinTaihuttu,
Dicetak di Studio Aha’one IPPHAR-Ambon
Oleh Gusmon Sahureka, Malf Laisina, Maryo Tuanakotta
..Hulaliu Inside..
desain sederhana namun elegan dan modern... miliki segera hanya Rp 50.000,-.. Kaos C59 berkualitas....!!!
tersedia Ukuran XL, L. M dan S..
Pesan segera disini
kapanpun untuk wilayah Ambon akan kami antar.

Kaos Hulaliu Inside

Philip Titaley, Lucky Birahy, Maryo Tuanakota.. Tampil Percaya diri dengan kaos Hulaliu Inside

Kemegahan Terakhir